Untuk sobat yang berkeyakinan islam, pasti pernah mendengar tentang Lauh Mahfudz dari kitab suci Al Quran. Dari penelusuran Kami, ada 17 ayat di dalam Al Quran yang menyebutkan kata Lauh Mahfudz. Apa sih Lauh Mahfudz itu?
Disini Admin akan coba membahas Lauh Mahfudz dari sudut pandang Admin sebagai orang awam (bukan Ustadz, Kiyai, Ulama, Ahli Tafsir, dll). Jadi pendapat ini akan subyektif ya! Admin cuma berharap dan berspekulasi sobat yang membaca artikel ini bisa punya pemikiran yang sejalan.
Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfudz). (Q.S. Yaasiin : 12)
Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfudz). (Q.S. Huud : 6)
Dari sampel dua ayat itu dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa Lauh Mahfudz adalah semacam media (di Al Quran diumpamakan buku) yang menyimpan data-data takdir dan asbabun nuzul dari semua hal yang ada di alam semesta ini. Untuk lebih jelas, mari simak kisah dari Sayyidina Umar bin Khattab berikut ini.
Kisah Umar bin Khattab Menghindari suatu Takdir
Suatu hari Umar bin Khattab dan Rombongannya berangkat ke negeri Syam. Sewaktu dalam perjalanan Umar mendapat berita bahwa Syam sedang terjangkit wabah penyakit menular.
Setelah berdiskusi dengan para sahabat akhirnya didapat keputusan bahwa mereka sepakat untuk kembali saja ke Madinah. Lalu salah satu anggota rombongan (Abu Ubaidah bin Jarrah) melontarkan satu pertanyaan yang didorong rasa penasaran kepada Umar.
“Apakah Kita hendak lari menghindari Takdir Allah?”
“Benar, Kita menghindari suatu takdir Allah dan menuju takdir Allah yang lain” Jawab Umar
Lalu Umar melanjutkan penjelasannya,
“Sekiranya engkau sedang menggembalakan ternak mu, unta atau kambing, Kamu dapati dua lembah, yang keduanya merupakan takdir Allah. Lembah pertama padang rumput yang subur, sedangkan lembah kedua bukit berbatu dan gersang”
“Apakah Kau akan membawa ternak mu ke lembah yang gersang?”
“Engkau pasti akan membawa ternak mu ke lembah yang subur itu bukan?”
“Bila engkau pergi ke lembah yang subur, berarti engkau mengikuti takdir Allah, dan demikian pula bila engkau menuju ke lembah yang gersang itu”
Dari Kisah tersebut ada dua probabilita takdir yang mungkin diterima Umar bin Khattab dan rombongan. Pertama takdir TERKENA WABAH, dengan sebab mereka tetap berangkat ke negeri Syam, dan yang kedua takdir TIDAK KENA WABAH dengan sebab mereka tidak jadi ke Syam. Kesimpulan ini memberi sebuah petunjuk, bahwa di dalam Lauh Mahfudz tertulis dua takdir tersebut. Namun demikian, hanya ada satu yang akan dialami oleh Umar dan rombongan.
Maka begitu pula dengan yang kita alami selama hidup di dunia. Setiap orang memiliki Bab eksklusif di dalam Lauh Mahfudz. Ada banyak takdir dan alternatif jalurnya terkait rezeki, jodoh, jumlah anak, jenis pekerjaan dan sebagainya, yang akan kita alami dalam hidup. Jalur yang akan kita pilih, akan menentukan satu takdir yang akan kita alami.
Semua kemungkinan telah tertulis lengkap di Lauh Mahfudz. Meskipun begitu, namun kita tetap saja tidak pernah dan tidak boleh tau apa saja yang tertulis di sana. Takdir yang baik dikarenakan kita melaksanakan Sunnatullah yang baik. Lantas apa itu Sunnatullah? Well, bersambung ya di post selanjutnya ya..

